Inter Milan, atau Internazionale, adalah salah satu klub sepak bola paling bergengsi di Italia dan Eropa. Dikenal dengan julukan “Nerazzurri” karena warna seragam biru-hitamnya yang khas, klub ini telah menjadi bagian integral dari sejarah sepak bola Italia sejak didirikan pada tahun 1908. Dari kejayaan domestik hingga kemenangan internasional, Inter telah lama dikenal sebagai klub yang tangguh. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kebangkitan Inter di panggung sepak bola Eropa dan Italia tidak bisa dilepaskan dari peran besar Suning Holdings Group, yang mengambil alih kepemilikan klub pada tahun 2016.
Suning Holdings Group, sebuah konglomerat raksasa asal Tiongkok yang bergerak di berbagai sektor bisnis, mulai dari elektronik hingga e-commerce, melihat potensi besar dalam Inter Milan ketika mereka membeli mayoritas saham klub dari pemilik sebelumnya, Erick Thohir. Akuisisi ini merupakan bagian dari tren global di mana perusahaan-perusahaan Asia, terutama dari Tiongkok, semakin tertarik untuk berinvestasi dalam dunia olahraga, khususnya sepak bola Eropa yang memiliki daya tarik komersial luar biasa. Dalam kasus Inter Milan, akuisisi ini menandai babak baru dalam sejarah klub, sekaligus memberi harapan baru bagi para pendukung yang haus akan kejayaan.
Pada saat akuisisi oleh Suning, Inter Milan sedang berada dalam masa transisi yang sulit. Klub ini belum memenangkan gelar Serie A sejak Treble bersejarah pada tahun 2010 di bawah manajer legendaris, José Mourinho, dan mengalami kesulitan untuk bersaing di papan atas liga Italia. Di bawah manajemen Suning, Inter berusaha membangun kembali fondasi mereka, baik di lapangan maupun di belakang layar. Kepemilikan Suning membawa stabilitas keuangan yang sangat dibutuhkan, memungkinkan klub untuk berinvestasi kembali dalam skuad dan memperkuat infrastruktur.
Salah satu langkah kunci yang diambil Suning adalah mempekerjakan Giuseppe Marotta, mantan CEO Juventus yang terkenal karena kemampuannya dalam manajemen sepak bola dan transfer pemain. Di bawah pengawasan Marotta, Inter Milan mulai membangun skuad yang kompetitif, mendatangkan pemain-pemain berbakat yang sesuai dengan visi jangka panjang klub. Salah satu langkah terpenting adalah penunjukan Antonio Conte sebagai pelatih pada tahun 2019. Conte, yang dikenal sebagai salah satu pelatih terbaik di dunia, membawa pengalaman dan determinasi yang diperlukan untuk mengembalikan Inter ke jalur kemenangan.
Conte segera mengimplementasikan gaya bermainnya yang dikenal disiplin dan efisien, dengan formasi 3-5-2 yang menjadi ciri khasnya. Dengan dukungan penuh dari manajemen Suning, Conte mampu mendatangkan pemain-pemain kunci seperti Romelu Lukaku, Situs slot gacor resmi terpercaya, Achraf Hakimi, dan Nicolo Barella, yang menjadi pilar penting dalam kebangkitan Inter. Setelah musim pertama yang menjanjikan, Inter akhirnya berhasil meraih Scudetto pada musim 2020-2021, mengakhiri penantian panjang selama 11 tahun untuk kembali menjadi juara Serie A. Gelar ini tidak hanya penting bagi klub, tetapi juga bagi para pendukung yang telah lama menantikan momen kejayaan seperti ini.
Kemenangan Scudetto di bawah Conte adalah bukti dari dedikasi Suning untuk mengembalikan Inter Milan ke puncak sepak bola Italia. Di bawah kepemilikan mereka, Inter menjadi salah satu klub yang paling kompetitif di Serie A, sekaligus mampu bersaing di Liga Champions, meskipun tantangan di Eropa masih terus membayangi. Kebangkitan Inter Milan di panggung domestik juga memperkuat reputasi klub sebagai salah satu kekuatan utama dalam sepak bola dunia.
Namun, meski ada banyak keberhasilan, perjalanan Suning sebagai pemilik Inter Milan juga menghadapi tantangan besar. Pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada 2020 berdampak signifikan pada keuangan klub. Seperti banyak klub besar lainnya, Inter mengalami tekanan finansial yang disebabkan oleh hilangnya pendapatan dari tiket pertandingan dan pembatasan aktivitas komersial. Di tengah krisis ini, Suning terpaksa menjual beberapa pemain kunci, termasuk Achraf Hakimi ke Paris Saint-Germain dan Romelu Lukaku ke Chelsea, untuk menyeimbangkan neraca keuangan klub.
Kendati demikian, meskipun menghadapi tekanan finansial, Suning tetap berkomitmen untuk menjaga kestabilan Inter. Kepemimpinan klub berfokus pada menjaga keseimbangan antara kinerja di lapangan dan tanggung jawab finansial. Pada musim 2021-2022, meskipun kehilangan beberapa pemain bintang, Inter tetap kompetitif di Serie A di bawah pelatih Simone Inzaghi, yang menggantikan Antonio Conte. Mereka terus berjuang untuk meraih gelar dan menjaga warisan klub sebagai salah satu tim terkuat di Italia.
Di luar lapangan, Suning juga telah memainkan peran penting dalam memperluas brand global Inter Milan. Di bawah kepemilikan mereka, Inter semakin fokus pada ekspansi komersial internasional, terutama di pasar Asia. Ini mencerminkan strategi bisnis Suning yang ingin menjadikan Inter tidak hanya sebagai klub sepak bola, tetapi juga sebagai merek global yang dapat bersaing dengan klub-klub besar Eropa lainnya dalam hal pendapatan komersial dan popularitas global.
Dalam retrospeksi, kepemilikan Suning Holdings Group atas Inter Milan telah membawa era baru bagi klub. Di bawah manajemen mereka, Inter telah kembali ke puncak sepak bola Italia, meskipun masih menghadapi tantangan untuk tetap kompetitif di Eropa dan menjaga stabilitas finansial di tengah perubahan ekonomi global. Meskipun jalan ke depan penuh dengan tantangan, terutama dengan dinamika keuangan yang terus berkembang di dunia sepak bola, kebangkitan Inter di bawah Suning telah menunjukkan bahwa dengan kepemimpinan yang tepat dan investasi yang bijaksana, bahkan klub yang mengalami masa sulit dapat kembali ke puncak kejayaan.
Dengan sejarah panjang dan dukungan dari salah satu konglomerat terbesar di dunia, Inter Milan tampaknya berada di posisi yang baik untuk terus bersaing di level tertinggi sepak bola dunia. Di tangan Suning Holdings Group, Nerazzurri kembali menunjukkan bahwa mereka adalah kekuatan yang harus diperhitungkan, baik di Italia maupun di kancah internasional.